Thursday, February 2, 2012

Engine brake

Dalam dunia automotif istilah "engine brake" akrab ditelinga kita. Lantas sebenarnya apa arti dari istilah kata tersebut? Maksud engine break adalah pengereman dengan memanfaatkan kekuatan mesin.

Engine brake dapat dilakukan dengan cara mengurangi kecepatan dengan cara mengurangi persneling secara beruntun. Cara ini terbukti efektif jika anda terpaksa harus mengurangi kecepatan kendaraan secara spontan akibat sesuatu hal.

Jika dilakukan dengan cara-cara yang benar, cara ini termasuk salah satu perawatan kendaraan yang tidak membutuhkan biaya. Manfaat yang bisa diperolah dari penggunaan engine braking adalah bisa menghemat kanvas rem.


Cara yang benar untuk melakukan engine brake dengan menggunakan kendaraan dengan transmisi manual adalah apabila tuas transmisi sedang berada pada posisi gear lima janganlah langsung memindahkannya ke posisi gear tiga.

Sebaiknya perpindahan gear dilakukan secara teratur, misalnya dari posisi kelima lalu keempat kemudian ketiga dan seterusnya. Jika memaksakan perpindahan gear secara tidak teratur atau melompat, akibatnya akan merusak mesin.

 Mobil bertransmisi otomatis juga dapat melakukan cara ini. Terutama ketika melewati jalanan menurun. Caranya, pindahkan tuas transmisi dari posisi 'D' ke posisi '2'. Jika masih kurang terasa efek pengeremannya, pindahkan tuas transmisi ke angka '1'. Namun hati-hati, bila salah penerapannya pedal rem akan terasa bergetar. Hal ini terjadi akibat fungsi cakram pada roda depan bekerja tidak merata.

Teknik Memanfaatkan "Engine Brake" Mobil Matik
Artinya, pengemudi tak perlu lagi capek menginjak kopling untuk ganti gigi. Pada mobil dengan transmisi manual, untuk pindah gigi, kopling harus ditekan.

Kenyataan lain, dari seluruh sistem kontrol mobil yang harus dioperasikan pengemudi, kopling adalah yang paling banyak menyita tenaga. Di samping itu, tingkat pengoperasiannya juga sangat tinggi, terutama bila jalan macet atau padat merayap!

Cepat habis
Kendati demikian, ternyata masih banyak di antara kita yang masih berasumsi negatif terhadap transmisi otomatik. Hal ini juga diakui oleh produsen mobil. Misalnya, bila mogok, mobil dengan transmisi otomatik tidak bisa didorong. Kalau sering digunakan di daerah pergunungan, rem cepat habis.

Semua itu asumsi masa lalu. Kini, semakin banyak transmisi otomatik, maka produsen menyediakan mekanik yang memiliki kemampuan lebih cepat untuk memperbaikinya bila ada masalah. Malah, kini juga ada bengkel-bengkel umum yang bisa menguras seluruh automatic transmission fluid (ATF) di dalam transmisi dan lantas diisi dengan pelumas yang benar-benar baru dan bersih.

Pada mobil sekarang, khususnya yang menggunakan sistem injeksi, bila baterai soak, maka mesin tidak akan bisa hidup. Pasalnya, komputer mesin mendapatkan energi dari baterai. Karena itu, posisi transmisi manual dan otomatik sama saja!

Lantas, mengenai anggapan bahwa rem boros saat mobil matik melaju di daerah yang banyak turunan, dipastikan, kondisi itu terjadi karena pengemudi terlalu santai, membiarkan transmisi pada posisi “D” saja. Padahal, D adalah gigi tertinggi.

Tetap bekerja
Untuk mengurangi beban kerja rem, pengemudi harus memanfaatkan efek engine brake dengan menggunakan gigi yang lebih rendah. Dalam hal ini, bisa saja “2” atau kalau lebih curam dan licin, harus “L”. Sama dengan gigi rendah, 3 atau 2 pada transmisi manual. Adapun untuk berakselerasi, pengemudi harus melakukan kick down atau menginjak pedal gas dengan cepat!

Jadi, mengemudi dengan transmisi otomatik bukan berarti tangan tidak bekerja sama sekali. Pada kondisi medan tertentu, 3, 2, dan L harus digunakan. Tangan masih harus aktif. Hanya kaki kiri yang benar-benar santai. Tak perlu injak kopling sama sekali. Misalnya saat di jalanan yang menurun atau berakselerasi saat di tanjakan!

Malah, pada kondisi macet, dengan melepaskan pedal rem dan transmisi pada posisi “D”, mobil bisa merangkak tanpa harus menginjak rem.

Kalau sudah merasakan enaknya transmisi otomatik, terutama bagi mereka yang menyetir sendiri, sering melewati jalanan macet, dan punya tingkat mobilitas yang tinggi, mereka dipastikan tak akan mau kembali ke manual kalau tidak terpaksa. Malah, mereka rela mengeluarkan biaya tambahan, baik untuk transmisinya yang lebih mahal plus konsumsi bahan bakar yang sedikit lebih banyak dibandingkan manual!

No comments:

Post a Comment